Dalam penanggalan Jawa, terdapat
istilah wuku. Menurut Baoesastra Djawa karangan W. J. S.
Poerwadarminta, wuku adalah satuan
waktu yang memiliki rentang tujuh hari (dalam penanggalan Jawa terdapat 30
wuku). Berdasarkan cerita yang berkembang di masyarakat Jawa, adanya wuku tersebut berhubungan dengan naiknya
kerabat-kerabat Prabu Watugunung ke surga.
Cerita dimulai dari pertemuan Dewi
Basundari, putri Hyang Anantaboga di Saptapratala, dengan Resi Wrahaspati di
gunung Aswata (sekarang bernama Gunung Pandhan, Madiun). Dewi Basudari yang
tidak senang atas lamaran Hyang Sindhula melarikan diri tanpa tujuan untuk
menghindar dari kejaran Hyang Sindhula. Dari pertemuan itu, sang Resi tertarik
terhadap kecantikan Dewi Basundari, akhirnya mereka pun menikah. Sinta kemudian
dibawa ke pertapaan Resi Wrahaspati di puncak Gunung Aswata.
Sebenarnya, Resi Wrahaspati sudah
memiliki seorang istri bernama Dewi Soma dan tiga orang anak bernama R.
Anggara, R. Buddha, dan R. Sukra. Mereka ditinggal sang Resi di dusun Pantireja
yang terletak di lereng Gunung Aswata. Suatu hari, kedua anak Resi datang ke
pertapaan untuk menyampaikan rasa rindu ibunya, namun pada saat di pertapaan
mereka kaget ayahnya bersanding dengan wanita muda.
Mendengar cerita kedua anaknya,
Dewi Soma mendatangi pertapaan suaminya. Sesampainya di sana, Dewi Soma
langsung menyeret Dewi Basundari. Melihat kejadian tersebut, sontak Dewi Soma
disumpahi Resi agar mendapat malu di kemudian hari (weweleh kawirangan). Demikian juga sebaliknya, Dewi Soma menyumpahi
Dewi Basundari dengan serapah sungsang
buwana balik.
Setelah kejadian tersebut, Dewi
Basundari mengajak Resi Wrahaspati ke Saptapratala. Dalam perjalanan, mereka
melihat pertempuran antara Hyang Anantaboga dengan Hyang Sindhula. Hyang
Sindhula kalah, kemudian Hyang Anantaboga diajak berkunjung ke pertapaan Resi
Wrahaspati. Hyang Anantaboga memerintahkan Resi Wrahaspati untuk membuat
permukiman di wilayah Medhang-gele. Di sana Resi Wrahaspati menjadi raja
berjuluk Prabu Palindriya, sedangkan Basundari berganti nama menjadi Dewi
Sinta. Adapun pemukiman tersebut kemudian berganti nama menjadi Medhangkamulan
(sekarang bernama Baegelen)
Secara garis besar, episode Dewi
Sinta dapat digambarkan sebagai berikut:

Adapun tokoh pada episode Dewi
Sinta adalah sebagai berikut
Sumber Acuan: Djanudji. 1999. Pawukon Djangkep. Semarang: Dahara Prize
Tidak ada komentar:
Posting Komentar