Rabu, 01 Februari 2017

Sejarah Wuku (Eps. Dewi Sinta)


Dalam penanggalan Jawa, terdapat istilah wuku. Menurut Baoesastra Djawa karangan W. J. S. Poerwadarminta, wuku adalah satuan waktu yang memiliki rentang tujuh hari (dalam penanggalan Jawa terdapat 30 wuku). Berdasarkan cerita yang berkembang di masyarakat Jawa, adanya wuku tersebut berhubungan dengan naiknya kerabat-kerabat Prabu Watugunung ke surga.

Cerita dimulai dari pertemuan Dewi Basundari, putri Hyang Anantaboga di Saptapratala, dengan Resi Wrahaspati di gunung Aswata (sekarang bernama Gunung Pandhan, Madiun). Dewi Basudari yang tidak senang atas lamaran Hyang Sindhula melarikan diri tanpa tujuan untuk menghindar dari kejaran Hyang Sindhula. Dari pertemuan itu, sang Resi tertarik terhadap kecantikan Dewi Basundari, akhirnya mereka pun menikah. Sinta kemudian dibawa ke pertapaan Resi Wrahaspati di puncak Gunung Aswata.

Sebenarnya, Resi Wrahaspati sudah memiliki seorang istri bernama Dewi Soma dan tiga orang anak bernama R. Anggara, R. Buddha, dan R. Sukra. Mereka ditinggal sang Resi di dusun Pantireja yang terletak di lereng Gunung Aswata. Suatu hari, kedua anak Resi datang ke pertapaan untuk menyampaikan rasa rindu ibunya, namun pada saat di pertapaan mereka kaget ayahnya bersanding dengan wanita muda.

Mendengar cerita kedua anaknya, Dewi Soma mendatangi pertapaan suaminya. Sesampainya di sana, Dewi Soma langsung menyeret Dewi Basundari. Melihat kejadian tersebut, sontak Dewi Soma disumpahi Resi agar mendapat malu di kemudian hari (weweleh kawirangan). Demikian juga sebaliknya, Dewi Soma menyumpahi Dewi Basundari dengan serapah sungsang buwana balik.

Setelah kejadian tersebut, Dewi Basundari mengajak Resi Wrahaspati ke Saptapratala. Dalam perjalanan, mereka melihat pertempuran antara Hyang Anantaboga dengan Hyang Sindhula. Hyang Sindhula kalah, kemudian Hyang Anantaboga diajak berkunjung ke pertapaan Resi Wrahaspati. Hyang Anantaboga memerintahkan Resi Wrahaspati untuk membuat permukiman di wilayah Medhang-gele. Di sana Resi Wrahaspati menjadi raja berjuluk Prabu Palindriya, sedangkan Basundari berganti nama menjadi Dewi Sinta. Adapun pemukiman tersebut kemudian berganti nama menjadi Medhangkamulan (sekarang bernama Baegelen)

Secara garis besar, episode Dewi Sinta dapat digambarkan sebagai berikut:










Adapun tokoh pada episode Dewi Sinta adalah sebagai berikut



















Sumber Acuan: Djanudji. 1999. Pawukon Djangkep. Semarang: Dahara Prize

Tidak ada komentar:

Posting Komentar